#OctoberWish

Everything is never as it seems.

Setiap tahun, menjelang tanggal 14 Februari selalu saja muncul gelombang protes dari sebagian masyarakat kita terhadap perayaan Valentine Day (Hari Kasih Sayang). Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga berulang-ulang kali mengeluarkan fatwa bahwa memperingati Valentine Day itu haram.

Misalnya saja Rabu (13/2) kemaren Ketua MUI Pekanbaru Ilyas Husti di sebuah media lokal menyebutkan Valentine Day itu esensinya bertentangan dengan dasar-dasar Islam. Karena itu dia pun berkesimpulan merayakan Valentine Day haram bagi umat Islam.

Adanya pandangan haram di sebagian kelompok masyarakat kita terhadap perayaan Valentine Day, itu disebabkan mereka selalu melihatnya dari segi negatif saja. Selama ini mereka beranggapan perayaan valentine day hanya dilakukan dengan cara hura-hura dan pergaulan bebas.

Mungkin itu dipengaruhi oleh berita-berita yang disiarkan media tentang corak ragam perayaan Valentine Day yang dilakukan artis-artis barat. Misalnya saja Pamela Anderson telah merancang acara spesial untuk merayakan Valentine Day.

Namun sebenarnya kalau kita menanggapi Hari Kasih Sayang itu dengan pikiran jernih dan tidak penuh prasangka, Velentine Day tidak ubahnya dengan Hari Anti Merokok, Hari Bumi, Hari Ibu, Hari Jantung dan peringatan hari-hari lainnya yang juga jatuh setiap tahunnya.

Setiap datang Hari Anti Merokok, masyarakat dunia diharapkan untuk tidak merokok. Sebab merokok sudah lama dikenal punya mudarat terhadap kesehatan. Tapi apakah hanya pada Hari Anti Merokok saja orang dianjurkan untuk tidak merokok? Tentu saja tidak. Kalau bisa setiap hari orang tidak merokok. Hanya saja, pada Hari Anti Merokok, gerakan anti merokok itu bisa lebih diintensifkan lagi.

Begitu pula halnya dengan Valentine Day. Setiap hari setiap orang dianjurkan untuk melimpahkan kasih sayangnya kepada ibunya, bapaknya, istrinya, suaminya, kakak-kakaknya, adik-adiknya, teman-temannya, dan sebagainya. Semua agama menganjurkan sesama manusia harus saling kasih mengasihi melalui hubungan silaturahmi.

Hanya saja, dengan berbagai alasan, kasih sayang yang diberikan kepada orang-orang tercinta dan orang-orang dekat selalu tidak dilimpahkan sebagaimana seharusnya. Mungkin dengan alasan sibuk, seorang suami sedikit mengabaikan istrinya. Atau karena jarak berjauhan, seorang anak terkadang sempat melupakan ayah atau ibunya di kampung.