#OctoberWish

Everything is never as it seems.



Pendidikan robotika di Indonesia masih terasa mahal bagi sebagian kalangan. Ini karena microchip yang menjadi otak robot belum diproduksi di Indonesia.

Padahal jika sudah ada microchip produksi dalam negeri, biaya pendidikan bisa ditekan 50-70 persen. Ini dikatakan General Chairman Robotic Organizing Committee Indonesia (ROCI) Santoso Gondowidjojo, Minggu (28/6).

Kalau ada investor yang mau mengembangkan produksi microchip akan sangat bagus bagi pengembangan robotika di Indonesia. "Bahan lain untuk merakit robot bisa saja kita ambil dari lingkungan sekitar, misalnya jika kita mau membuat robot pencari sampah bisa pakai ember bekas, tapi kalau sudah butuh microchipnya, tetap harus beli dari luar negeri," kata Santoso di sela-sela pelaksanaan South East Asia Robotic Olympiad (SEARO) di Solo Diamond Convention Center.

SEARO yang digelar 26-28 Juni 2009 dibagi dalam lima kategori, yakni non-program line tracer, maze solving, obstacle, carrier machine, dan creative robot. Lomba diikuti oleh tiga kelompok peserta, yakni yunior 1 (di bawah 8 tahun), yunior 2 (8-12 tahun), dan challenge (13-18 tahun).

Peraih medali emas untuk masing-masing kategori, yakni junior 1 single line tracer diraih SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, junior 2 obstacle oleh SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, challenge obstacle oleh SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, junior 2 carrier machine oleh SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, challenge carrier machine oleh SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, junior 2 maze solving oleh SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, challenge maze solving oleh SMAN 28 Jakarta, dan creative oleh SMAN 28 Jakarta. (kompas.com)

0 Response for the "Pendidikan Robotika Terkendala Mahalnya Perlengkapan"

Post a Comment